Selasa, 19 November 2013

MINIMASI LIMBAH PADA INDUSTRI KERTAS DAN PULP



 Zero Waste adalah sebuah konsep kuat yang menantang cara lama berpikir dan mengilhami sikap dan perilaku baru. Ini adalah pendekatan multifaset untuk menjaga kelestarian sumber daya bumi yang terbatas. Zero Waste dapat diimplementasikan dengan memaksimalkan recycling, minimasi limbah, mengurangi konsumsi dan memastikan bahwa suatu produk dibuat untuk dapat digunakan kembali, diperbaiki atau di-recycle kembali ke alam maupun pasar. Konsep zero waste diartikan sebagai konsep untuk mengupayakan agar suatu kegiatan itu menghasilkan limbah dalam jumlah yang sekecil-kecilnya, bahkan kalau bisa, tidak menghasilkan limbah sama sekali. Upaya ini disebut sebagai minimasi limbah.
Dalam minimasi limbah terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu perubahan bahan baku industri, perubahan proses produksi, dan daur ulang limbah. Perubahan bahan baku dan perubahan proses produksi dimaksudkan untuk menekan jumlah limbah yang dihasilkan, termasuk di dalamnya adalah efisiensi pemakaian bahan-bahan penolong dalam proses produksi. Bila dalam proses produksi ini masih menghasilkan limbah, maka upaya minimasi dilakukan dengan daur ulang atau pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan. Limbah yang dibuang ke lingkungan hanyalah limbah yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Industri pulp dan kertas telah melakukan proses daur ulang dan pengolahan limbah cair, tetapi pada akhir proses masih ada limbah padat berupa serat yang perlu dicari pemanfaatanya. Industri lapis listrik melakukan daur ulang hanya pada sebagian kecil limbah padatnya, sedangkan limbah cairnya yang sangat berpotensi mencemari lingkungan karena mengandung B3 yaitu logam berat dan sianida yang belum diolah.
Salah satu industri yang harus peduli terhadap lingkungan adalah industri pulp dan kertas. Di dalam mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan, beberapa industri pulp dan kertas, terutama industri kertas di Indonesia telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO-14001. Salah satu keuntungan dari penerapan SML ISO-14001 ini adalah dapat meningkatkan ekspor produk ke negara-negara Eropa dan Amerika. Namun makin meningkatnya produksi akan berdampak terhadap tingginya volume limbah yang dihasilkan. Dari proses produksi industri pulp dan kertas akan dihasilkan limbah yang salah satunya adalah limbah sludge. Satu industri pulp dan kertas tiap hari menghasilkan sludge berkisar antara 30 – 40 ton, sementara pemanfaatan sludge per hari hanya 12 ton (Aritonang, 2005). Sehingga masih banyak sludge yang tersisa yang belum dimanfaatkan. Penanggulangan sludge di beberapa industri pulp dan kertas di Indonesia, sebagian besar hanya dibenamkan ke dalam tanah atau dibakar. Penanggulangan dengan cara ini mempunyai beberapa resiko antara lain jika dibenamkan ke dalam tanah membutuhkan areal yang luas, sedangkan jika dibakar memerlukan biaya yang cukup besar dan dapat mencemari udara.
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih
Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999):
1. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya ini meliputi
a. Perubahan produk
Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini adapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
  • Subsitusi produk
  • Konservasi produk
  • Perubahan komposisi produk
b. Perubahan Material Input
Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.
c. Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
  • Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali.
  • Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya pengendapan atau penyaringan. Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali.
d. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah (Susanti, 1997).
e. Penerapan Operasi yang Baik (good housekeeping)
Praktek operasi yang baik (good housekeeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur-unsur:
 Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi
 Loss prevention
 Praktek manajemen
 Segregasi limbah
 Perbaikan penanganan material
 Penjadwalan produk
Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan jumlah limbah antara 20 sampai 30% dengan biaya yang rendah.
2. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya:
a. Dikembalikan lagi ke proses semula
b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain
c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
d. Diolah kembali sebagai produk samping
Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang limbah harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber telah dilakukan.


Perubahan Bahan Baku Industri
Pada industri pulp dan kertas, bahan baku utama yang digunakan adalah serat yang berasal dari tanaman (dengan kandungan utama berupa selulosa). Dalam proses produksinya, ditemukan adanya serat yang hilang dan terbawa bersama air limbah. Adanya serat dalam air limbah ini tentu akan menambah beban pada instalasi pengolahan air limbah yang pada akhirnya akan menambah beban pencemaran pada lingkungan (sungai). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya menangkap kembali serat ini agar tidak terbuang dan dapat digunakan kembali sebagai bahan baku. Alat yang dapat digunakan untuk menangkap serat adalah disc filter. Disc filter mempunyai efisiensi penangkapan serat yang bervariasi tergantung pada kecepatan putaran dan jumlah serat yang digunakan sebagai pemancing yang disebut sweetener. Kadar serat dalam air sebelum dan setelah melewati disc filter, meliputi :
  • • white water: air yang mengandung serat yang berasal dari proses produksi
  • • sweetener: serat pancingan yang berfungsi sebagai prefilter
  • • cloudy filtrate: filtrat yang akan dibuang sebagai air limbah
  • • clear filtrate: filtrate dengan kadar serat yang lebih rendah daripada cloudy
  • • filtrate: airnya dapat dimanfaatkan kembali sebagai air proses
    • • filtered stock: serat yang berhasil disaring oleh disc filter dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku.
Perubahan Proses Produksi dengan Pengendalian di dalam pabrik
Karena banyak bahan perusak lingkungan dihasilkan oleh pabrik konvensional penghasil pulp yang dikelantang dengan proses kraft atau sulfit, maka banyaak industri baru dirancang untuk pembuatan pulp secara termo-mekanik atau kimia-mekanik. Proses sulfit dan kraft tanpa pengambilan kembali bahan kima khususnya yang menimbulkan pencemaran, sebaiknya dipertimbangkan untuk tidak digunakan dalam pabrik baru. Pengelantangan dengan menggunakan senyawa klorin menimbulkan hidrokarbin klor dengan kadar yang tidak dapat diterima oleh lingkungan, termasuk dioksin. Akhir-akhir ini pengelantang dengan menggunakan oksigen dan peroksida mulai digunakan untuk menggantikan klor. Pengelantangan dengan menggunakan oksigen menghasilkan produk dengan kualitas lebih tinggi daripada yang menggunakan klor. Demikian juga, pengelantangan dengan penukaran (di mana zat-zat warna asli pada serat ditukar dengan zat pemutih) mulai dipasang pada pabrik-pabrik baru, menghasilkan lebih sedikit buangan dari kilang pengelantangan. Langkah-langkah lain yang harus dimasukkan ke dalam pabrik baru termasuk :
  • • Sistem pengambilan kembali bahan kimia secara efisien
  • • Pelepasan kulit kayu secara kering
  • • Pembakaran limbah dan pengambilan panas kembali
  • • Pendaur-ulangan buangan kilang pengelantangan ke ketel pengambilan kembali bahan kimia
  • • Sistem pencucian brownstock bertahap banyak dengan aliran berlawanan yang efisien
    • • Penggunaan klor dioksida untuk menggantikan klorin dalam proses pngelantangan konvensional
    • • Pemasakan berlanjut dalam proses pembuatan pulp secara kimia
    • • Pengurangan lignin oksigen setelah pemasakan secara kimia
      • • Pengendalian penggunaan klor yang ketat dalam pengelantangan dengan cara pemantauan: apabila klor sisa dikurangi maka zat organic klor juga berkurang
      • • Konservasi dan daur ulang air dalam pabrik kertas dapat mengurangi volume air limbahsebesar 77 %
      • • Sistem deteksi dan pengambilan kembali tumpahan
Daur Ulang Limbah dengan Produksi Bersih
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Di tengah-tengah produksi kertas yang semakin melonjak, bahan baku kertas dunia menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Selain itu, peningkatan produksi kertas dapat pula meningkatkan jumlah limbah yang dihasilkan. Sehingga pemecahan masalah-masalah tersebut harus segera dilakukan, yaitu dengan menerapkan produksi bersih misalnya melalui tindakan recovery white water, reuse, recycle atau house keeping. Pada Recovery white water, kegiatan yang dilakukan adalah mengolah air sisa produksi atau back water dengan menambahkan zat kimia untuk memisahkan serat dengan air. Serat yang berhasil dipisahkan akan dipress untuk mengurangi kadar air kemudian dikirim ke tempat penyimpanan bahan baku untuk diproses kembali ke dalam pulper. Sedangkan white water akan dikirim ke tangki air untuk digunakan kembali sebagai media pembuburan bahan baku dalam proses produksi. Alat yang digunakan untuk memisahkan serat dan air ini disebut purgomat dan pengoperasiannya dikendalikan atau dilakukan dengan menggunakan komputer di ruang Distribution Control System (DCS). Pengolahan air sisa produksi ini merupakan upaya untuk menghemat penggunaan air dari sungai dan mengurangi terbentuknya limbah cair yang harus diolah. Selain itu serat yang diperoleh dari proses recovery ini digunakan kembali untuk proses produksi, hal ini dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan sangat menguntungkan dari segi ekonomi bagi perusahaan.
Sumber: http://gilangrupaka.wordpress.com/2013/04/05/minimasi-limbah-pada-industri-kertas-dan-pulp/

0 komentar:

Posting Komentar